Kenangan zaman SD tahun 90 an
Saat masih kecil, kita pengin banget buru-buru gede. Biar punya hak untuk bersuara kayak orang-orang dewasa itu. “Enak banget ya, hidupnya orang dewasa itu. Enggak disuruh-suruh, enggak perlu sekolah, dan bebas sepenuhnya kepada hidupnya,” pikir anak-anak SD. Tapi setelah gede, baru nyadar: “Oh, ternyata gini jadi orang gede tuh. Dulu pas kecil, kalau lagi punya masalah, mikirnya udah kayak paling gede aja masalahnya. Tapi setelah gede dan ketemu kenyataan? Wah, kalau gini caranya, balik SD aja lagi nih mending!”
Namun apa daya, roda kehidupan tetap berputar. Kita tak bisa mengembalikan waktu barang sedetik pun. Mau tak mau, kita harus berdamai dengan keadaan, bahwasanya hari ini kita telah dewasa, dan harus memenuhi keharusan-keharusan yang memang diperuntukkan bagi orang-orang dewasa, seperti: menyelesaikan kuliah, bekerja, menikah, berketurunan, dan banyak lagi. Itu semua, kalau dipikir banget-banget, malah bikin stres. Berdamailah. Dan kalau memang masa kecil membahagiakanmu, cukup dijadikan kenangan saja. Layaknya 12 hal di bawah ini:
1. Kalau manggil temen, bukan pakai nama asli. Tapi, nama bapaknya!
via: bocahbulan.wordpress.com
Dulu paling anti banget kalau penerimaan rapor, dan ada teman yang lihat. Bukan apa-apa nih ya, karena bukan masalah banget kalau yang ketahuan hanya nilainya.
Tapi kalau yang kepergok nama bapaknya? Wah, bisa gawat! Selama SD, kamu akan dipanggil dengan nama bapakmu itu. Sampai-sampai, pas mau masuk SMP kamu kepikiran: gimana caranya bisa sekolah di SMP yang sama sekali enggak ada teman SD-mu. Biar panggilan nama bapak itu bisa terhapus selama-lamanya! Ya, enggak selama-lamanya, sih. Paling enggak 3 tahun, lah.
2. Jerit-jerit ketika disuntik.
via: PuskesmasBangliUtara.blogspot.com
Rutin banget nih, orang-orang kesehatan pada datang ke sekolah. Nyuntikin anak-anak, baik cowok maupun cewek. Kalau penulis sih selama ini enggak pernah takut. Karena memang enggak pernah punya phobia dengan jarum suntik. Tapi ada nih, teman penulis, yang dulu pas petugas lagi nyuntikin anak-anak yang lain, tiba-tiba ada 1 anak yang lompat lewat jendela kelas sambil nangis dan lari. Sumpah, itu kalau diinget lagi hari ini, bikin ketawa sampai sakit perut! Hahaha.
3. Mengadu ke guru kalau ada teman yang nakal atau ngomognya kurang sopan.
via: beritasikmalaya93.blogspot.com
Kalau udah gede gini, suka mikir, kalau mengadu itu perbuatan cemen. Kalau merasa diganggu, dan berani melawan, ya lawan. Oh ya, ngadu yang Kita Muda anggep di sini, adalah ngadu yang kayak ngomong ke orang yang lebih dewasa bilang:
“Pak (atau Ibu) si itu nakal. Tadi masa aku dipanggil Jumanto. Padahal kan, namaku Doni!”
Nah, yang gitu-gitu. Bukan yang ngadu kayak lapor polisi gitu. Tolong bedakan, ya.
Ngadu yang gitu-gitu, dulu kayaknya langsung punya perlindungan gitu. Tapi kalau sekarang dipikir lagi, jadi pengin berkomentar: “Kok aku dulu cemen, ya!”
4. Punya teman yang pernah ngompol atau bahkan boker di celana? Tos!
via: sdksengkan.WordPress.com
Penulis punya teman sekelas, yang hari ini, orang-orang pada bilang “Dia cantik, siapa namanya?”. Tapi secara pribadi, penulis enggak pernah menganggapnya cantik. Padahal kalau dipikir-pikir, ia memang memiliki kulit yang putih dan wajah yang mirip aktris. Ya tapi entah kenapa, kayak enggak bisa aja gitu, untuk setuju kalau ia cantik.
Setelah penulis pikir-pikir, ternyata penyebabnya ialah karena dulu waktu sekelas, pernah mergokin dia boker di celana. Waktu itu ia di kelas cuma diem. Mukanya memerah. Tapi anak-anak kelas pada gaduh gitu, enggak tahan dengan bau yang menyengat. Mereka mencari-cari pelakunya. Lalu saking enggak tahannya, mereka bangkit dan meninggalkan tempat duduk. Satu per satu mengikuti jejaknya. Hanya 1 orang yang tak bangkit. Kemudian khalayak tahu, siapa pelakunya.
Jadi siapa, Kawan Muda di sini yang pernah punya teman SD yang kencing atau boker di celana.
5. Hadir ke ulang tahun seorang teman yang kaya raya.
via: YouTube.com
“Wah, ini pasti makan kue tart ini. Asek!”
Yah, itulah yang dulu kepikiran kalau diundang ke ulang tahun teman. Dulu suka bingung: “Mau kasih kado apa?” Tapi untung ada ibu, yang selalu bilang: “Udah, biar ibu cari dan bungkuskan. Besok kamu tinggal bawa aja.”
Enaknya kalau diundang ulang tahun ke teman yang kaya itu, enggak hanya bisa makan kue tart. Tapi juga makan nasi kuning dan minum sirup atau jus. Udah gitu, pas pulang dibawain bekal pula.
6. Nulis-nulis di meja pakai tipex, misalnya: Budi cinta susi.
via: Brilio.net
Cobalah masuk ke kelas-kelas sekolah dasar, niscaya engkau akan menemukan ada tulisan semacam itu. Siapa cinta siapa. Ini jamak terjadi dan secara turun temurun.
7. Kalau suka ke lawan jenis, pura-pura ngledekin. Padahal, diri sendiri yang suka.
via: adeanita.com
Wahahaha. Apakah Kawan Muda pernah gitu? kalau enggak, berarti penulis doang nih. Jadi kalau dulu suka ke cewek, tinggal ledekin aja dia sama siapa gitu.
Tujuannya, biar dia kesel, lalu dia ngejar-ngejar yang intinya cuma mau nampol sama nyubit. Aduh, asiknya!
8. Ngirim surat ke lawan jenis yang disuka.
via: m.kaskus.co.id
Penulis sangat berbahagia, bisa lahir di zaman surat-menyurat masih lazim, dan telepon begitu langka. Karena cuma yang pernah surat-menyurat, yang tahu perjuangan nulis surat berkali-kali sampai tulisannya jadi bagus. Habis berapa kertas itu coba. Padahal, nulisnya di kertas yang bermotif loh. Bukan kertas putih biasa. Setelah jadi, surat dikasih parfum, biar wangi. Kalau sudah, kertas dimasukkan ke amplop yang bergambar lucu. Untuk mengirimkan, ada 2 pilihan: nitip ke temen deketnya yang cewek, atau masukin sendiri ke dalam tas.
9. Kalau main bola, gawangnya pakai batu. Atau kadang-kadang, sandal.
via: MizwandiWandi.WordPress.com
Cuma cowok yang tahu perjuangan main bola yang begini. Itu pun, cowok yang sekolahnya di sekolah yang enggak terlalu kaya-kaya amat. Jadi, jangan dibandingkan sama mereka yang bersekolah di sekolah yang lengkap fasilitasnya.
Begitulah perjuangan main bola, gawang dari sandal atau batu pun dijabanin. Yang penting, seru-seruan.
10. Kata pakar kesehatan, jajanan SD itu tak sehat. Tapi kita menyukainya. Atau jangan-jangan sampai sekarang?
via: ARMutajalli.Blogdetik.com
“Jangan beli jajanan yang di sekolah, ya?” perintah ibu. Sementara pada saat yang sama, ibu juga selalu ngasih uang saku. Lah, gimana mau diturutin. Wong malah dikasih fasilitas gitu. Hahaha.
Para pakar kesehatan, dan orangtua, kerap menganjurkan untuk jangan mengkonsumsi jajanan sekolah. Ya tapi makan apa coba, kan, semua teman-teman juga makan itu. Tapi kalau kita ngeyel begitu ke ibu, pasti beliau akan bilang:
“Ya udah, ibu bawain bekal makanan dari rumah.”
Endingnya apa coba? Makanan itu tetap utuh sampai kita balik ke rumah. Lalu besok-besok, ibu nyerah untuk enggak lagi bawain bekal.
11. Ngintip warna CD cewek, pakai cermin dari rautan pensil.
via: Serangga.co
Bersyukurlah kalian yang pernah jadi anak nakal. Selain pernah bolos dan berantem, kamu juga pasti punya kenangan semacam ini. Hahaha. Seneng kan, bisa tahu warna-warni CD cewek? Ya tapi jangan dilanjutkan ya. Bisa kebawa pengin melorotin nanti.
12. Cowok kalau megang tangan cewek, takut kalau jadi hamil. Makanya anak cowok pada stres kalau enggak sengaja kesentuh.
Coba sini, man yang pernah kena sugesti macam begini, angkat tangan? Hahaha.
Ini menyesatkan banget ya. Entah siapa yang dulu memulai. Tapi kok enggak logis banget. Masa pegangan tangan doang bisa hamil. Lebih parahnya lagi, kita percaya. Wah! Jadi siapa, yang sebetulnya bego?
Comments ()